Cerita-Cerita

Saturday, November 26, 2011

udah lama rasanya gak menulis untuk blog ini lagi dan ini mungkin tulisan yang terakhir.

Selengkapnya...

Wednesday, July 13, 2011

Arsitek Peradaban (Nyalakan Lilin)

Hari saya ingin memposting sebuah artikel dari sebuah buku yang pernah saya baca. Judul bukunya "Arsitek Peradaban", karya Pak Anis Matta seorang pendakwah juga politisi negeri ini. Buku ini tidaklah tebal dan kecil, namun saya kagum sama isinya. Buku ini bukanlah buku fiksi namun dibalut secara apik dengan cita rasa sastra yang tinggi. Sehingga saat membaca buku ini dibutuhkan penelaahan yang lebih.

Buku ini bukanlah buku yang ringan. Walau dari segi ukurannnya dapat habis dibaca dalam satu duduk, namun isinya belum tentu dapat dipahami dalam satu kali baca (ini pengalaman saya sih, sampai saat ini pula masih banyak yang belum saya mengerti). Selain itu dalam buku ini banyak istilah - istilah yang masih asing di mata dan telinga. Banyak sekali istilah dalam bahasa Arab.

Sebagaimana judulnya yang begitu ambisius, cita-cita yang tersembunyi di balik untaian kata dalam artikel-artikel yang dikumpulkan dalam buku ini pun sangat ambisius. Sungguh tepat kiranya diberi judul "Arsitek Peradaban", karena buku ini menginspirasi semua kader dakwah untuk ikut mengarsiteki peradaban, mengubah keadaan diri, jamaah dan umat menjadi bentuk yang dicita-citakan dalam Islam.

Berikut ini adalah salah satu artikel yang terdapat dalam buku Arsitek Peradaban , judulnya Nyalakan Lilin. Selamat membaca :

Apa arti sebuah lilin dalam kehidupan? Mungkin ini terlalu dipertanyakan. Sebab, lilin hanya sebuah benda kecil. Kegunaannya baru Nampak ketika lampu listrik di rumah kita padam. Tapi, lilin adalah cahaya. Dan cahaya merupakan sebentuk materi. Kebalikannya adalah gelap. Yang terakhir ini bukan materi. Ia tidak memiliki daya. Ia adalah keadaan hampa cahaya. Karena itu, meskipun kecil, lilin selalu dapat mengusir gelap.

Allah memisalkan petunjuk dengan cahaya, kesesatan sebagai gelap. Ini mengisyaratkan, pasukan kesesatan tak memiliki sedikitpun daya di depan pasukan cahaya. Ia hadir ketika pasukan cahaya menghilang. Sepanjang sejarah, umat kita mengalami kesesatan ketika ‘roda pergerakan syiar dakwah’ berhenti bergerak.

Disini tersirat sebuah kaidah syiar dakwah. Bahwa gelap yang menyelimuti langit kehidupan kita, sebenarnya dapat diusir dengan mudah, bila kita mau menyalakan lilin syiar ini kembali. Berhentilah mengikuk gelap. Ia toh tak berwujud dan tak berdaya. Kita tak perlu memanggil matahari untuk mengusirnya. Tidak juga bulan.

Tak ada yang dapat kita selesaikan dengan kutukan. Sama seperti tak bergunanya, ratapan di depan sebuah bencana. Musibah, jahiliyah, kekalahan yang sekarang merajalela di seantero dunia Islam kita, tak perlu ‘di islah’ dengan kutukan ataupun ratapan. Sebab kedua tindakan itu tidak menunjukan sikap ‘Ijabiyah’ (positif) dalam menghadapi realita. “Adalah lebih baik menyalakan sebatang lilin daripada mengutuk kegelapan”.

Sikap ijabiyah menuntut kita untuk menciptakan kehadiran yang berimbang dengan kehadiran fenomena jahiliyah dalam pentas kehidupan. Ini mungkin tak kita selesaikan dalam sekejap. Tapi sikap mental imani yang paling minimal, yang harus terpatri dalam jiwa kita, adalah membuang keinginan untuk pasrah atau menghindari kenyataan. Kenyataan yang paling buruk sekalipun, tidak boleh melebihi besarnya kapasitas jiwa dan iman kita untuk menghadapinya.

Disini ada sebuah pengajaran yang agung. Bahwa sudah saatnya kita membuang kecenderungan meremehkan potensi diri kita. Ketika kita mempersembahkan sebuah amal yang sangat kecil, saat itu kita harus membesarkan jiwa kita dengan mengharap hasil yang memadai. Sebab amal yang kecil itu, selama ia baik, akan mengilhami kita untuk melakukan amal yang lebih besar. Ibnul Qayyim mengatakan, sunnah yang baik, akan mengajak pelakunya melakukan ‘saudara-saudara’ sunnah itu.

Akhirnya, tutuplah matamu dan nyalakan lilin, lalu: “Katakanlah, telah datang kebenaran. Sesungguhnya kebatilan itu pasti sirna”.
Selengkapnya...

Monday, July 11, 2011

Merantau

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang


Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang


Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran


Jika matahari di orbit tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang


Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum di gali dari tambang
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.

~Imam Syafii~

 (sepenggal puisi dari novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi)

Mimpi
Terdiam dan kagum dalam hati ketika membaca kata demi kata puisi diatas dan keinginanku untuk melanglang buana ke negeri orang semakin melambung. Aku ingin melihat negeriku ini dari sisi yang berrbeda. Aku ingin menyaksikan negeriku ini dari negeri orang, dan ingin tau tentang negeriku dipangdangan bangsa lain.

Mungkin bila melihat kondisiku saat ini keinginan atau mimpi ini dapat dikatakan hal yang konyol. Keadaan finansial, kemampuan bahasa asing, dukungan keluarga dan orang terdekat belum ada, belum lagi tingkat kematangan pribadiku sendiri. Tapi itu semua bukanlah penghalang tapi merupakan tantangan buatku. Untuk mewujudkan sebuah cita-cita, tantangan dan rintangan itu hal biasa, yang terpenting bagaimanakah usaha kita memperjuangkan cita-cita tersebut. Mimpi tanpa sebuah usaha dan kerja keras hanya akan menjadi angan-angan semata yang akan lapuk dimakan usia.  Mungkin ada benarnya pula, salah satu penggalan dari film "Sang Pemimpi", bahwa yang terpenting bukanlah seberapa besar mimpi kita, tapi seberapa besarnya kita untuk mimpi tersebut. Kutipan tersebut mengisyarakatkan kita seberapa pantasnya diri kita untuk mencapai mimpi kita itu.

Keyakinan

Sampai detik ini aku tetap optimis aku bisa mewujudkan cita-citaku ini. Tapi sebelum itu semua, aku benar-benar harus mengubah diri terlebih dahulu. Berubah bukan berarti 'cling' berubah bentuk jadi superman lalu terbang keliling dunia tapi lebih ke pribadiku sendiri. Jujur saat ini diriku masih lemah, masih banyak bergantung kepada orang lain, masing belum dapat melangkah secara pasti. Tentunya maih banyak yang harus aku persiapkan untuk mengatakan bahwa aku pantas bermimpi seperti itu. Biarlah waktu menjadi saksiku mempersiakan ini semua.
Selengkapnya...

Saturday, April 2, 2011

APRIL CERIA, BERMAKNA, MELEKAT DI HATI

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA48ujE6GvhCtMaZ6iz_hZzSXcrvdg8H1dLhMbQM0MVF0yGoo4PbjhTNCDcCIwwa8MqVfm7zRuGp5BQ67Tnyb8aRa1HZyZtOp_ZzLavrQh0TlF1BbDmdfkMokWh4S0mvEemraYd2dModQ/s1600/A7+Calendar+2011+April+with+notes.jpg

Bulan April tiba juga, mudah-mudahan semuanya lebih baik, lebih mantap, lebih CERIA.
APRIL CERIA, BERMAKNA, MELEKAT DI HATI.
satu Cita menjemput Asa 
Lakukan yang terbaik.
Bulan ini harus rencanakan sebuah usaha (make a money..hoho)
Rencanakan masa depan
belajar lebih tentang profesionalisme, kepribadian, dan komunikasi
cari Mentor
belajar  web. 
Belajar untuk mengerti seseorang.



Selengkapnya...